Search

Selasa, 07 Desember 2010

Cinta Oh… Cinta

Setiap individu pasti akan merasakan cinta dan mencitai sesuatu. Cinta adalah perasaan halus yang dimiliki hati setiap manusia, dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dunia akan terasa hambar tanpa cinta. Dengan cintalah akan membawa manusia ke dalam pertualangan hidup yang penuh rasa suka dan duka. Sehingga karena cinta kadangkala membuat manusia menjadi orang yang berguna namun ada juga karena cinta menjadikan manusia sengsara yang tiada tara. Maka ada apa dengan cinta????

A. Daya Tarik Cinta

Setiap orang yang sedang merasakan jatuh cinta tahu apa yang menyebabkan ia mencintai dan dicintai. Diantara sebab-sebab munculnya rasa cinta adalah;

Keindahan

Keindahan inilah kata yang bisa merangkum makna dari sesuatu yang baik dan menarik dilihat secara fisik, tentunya seorang wanita kecantikan adalah harta yang tak terhitung besarnya begitu pula bagi seorang pria ketampanan adalah kekayaan yang tidak bisa diukur dengan segala sesuatu yang dimilikinya. Begitupula dengan keindahan alam, keelokan bangunan dan sebagainya. Telah ada dalam sejarah betapa dengan ketampanan Nabi Yusuf as. Menyebabkan wanita-wanita yang menyaksikannya tidak terasa kalau jarinya terputus oleh pisau mereka sendiri.

Inilah jawaban dari ungakapan bahwa dari matalah datang cinta, sehingga dengan kesan pertama yang ditangkap melalui panca indera kita yang berupa mata akan mendatangkan perasaan yang lain yang kita sebut dengan cinta.

Ilmu

Sebab munculnya perasaan cinta selanjutnya adalah ilmu. Seseorang yang mempunyai ilmu pasti merasakan pentingnya cinta, cinta sebagai sumber motivasi, cinta sebagai sumber inspirasi dalam berkarya. Dari perasaan ini menjadikan rasa cinta semakin melekat dalam diri manusia.

Kekayaan

Kekayaan adalah salah satu tujuan antara seseorang manusia untuk mencapai segala tujuannya, maka banyak terjadi kejadian sebuah cinta yang disebabkan kekayaan yang ingin diraih menjadikan manusia lupa terhadap segala-galanya, ia menjadi orang yang mabuk kebayang lupa waktu, kesehatan, anak dan segalanya. Yang penting adalah kekayaan atau harta.

Kekuatan

Siapa didunia ini yang tidak mengiginkan badan yang kuat seperti “superman”. Yang bisa berbuat apa saja untuk menaklukkan segala sesuatu yang ada didunia ini. Karena kekuatan inilah kemudian menjadikan manusia berlomba-lomba untuk menunjukkan jatidirinya sebagai orang terkuat yang mampu menguasai orang lain. Karena ingin dinilai sebagai orang kuat maka seseorang menempa dirinyua dengan segala aktivitas. Sehingga ketika orang melihat ia akan disukai.

B. Ciri-Ciri Cinta

Selalu Mengingat

Seseorang yang dihatinya telah tertanam rasa cinta maka ia akan selalu mengingat-ingat sesuatu yang dicintainya. Pokoknya segala sesuatu yang berhubungan dengan si-Dia maka akan selalu ingat, sehingga ketika disebutkan namanya rasanya segala sesuatu yang ada didunia ini tak berarti. Bagi seorang yang jatuh cinta maka dimanapun ia berada maka si-Dia akan selalu menyertainya dan diingatnya. Dikamar ingat Dia, di sekolah ingat Dia, di pasar ingat Dia pokoknya dimanapun, kapanpun dalam kondisi apapun ingat Dia. Dialah segala-galanya.

Mengagumi

Perasaan cinta melekat dengan rasa kekaguman kepada yang dicintai, kagum akan keindahannya, kekuatannya, kepandaiannya dan segala sesuatu yang dimiliki yang dicintai.

Kerelaan dan Pengorbanan

“Aku rela berbuat apapun demi Dia” ungkap ini sering kali muncul dalam hati yang sedang kasmaran. Baik hujan, panas, lapar dan haus akan diterjang sampai mati pun rela. Perasaan ini yang menjadi hakekat cinta yang tumbuh dalam hati seseorang.

Harap dan Takut

Perasaan berharap untuk selalu bersama, berharap untuk mendapatkan pujian, berharap untuk mendapatkan sanjungan dari sang pencinta. Disamping perasaan harap juga perasaan takut akan kehilangan, takut ada cacat, takut ada yang merusak dan menggoda dan sebagainya

C. Untuk Siapa Rasa Cinta di Tujukan

Sekali lagi, cinta adalah milik setiap insane maka sudah lumrah seseorang mengekspresikan perasaannya itu kepada sesuatu. Untuk pelampiasan ini secara garis besar ada dua cara yakni;

Cinta Syahwat

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Pilar-PKBI Jawa Tengah bekerja sama dengan Tim Embrio pada tahun 2000 dan dimuat di harian KOMPAS Jum’at, 5 April 2002 menunjukkan perilaku remaja dalam melampiaskan perasaan yang berhubungan dengan masa pubernya adalah mengungkapkan cinta kepada lawan jenis dengan dilandasi syahwat atau yang di sebut PACARAN. Adapun perilaku yang dilakukan dari 127 responden (64 pria dan 63 wanita) dari berbagai perguruan tinggi di Semarang. Dari hasil survey ini terungkap bahwa aktivitas yang dilakukan saat PACARAN tidak hanya MENGOBROL, MEMELUK, atau MENCIUM BIBIR, tapi sudah lebih jauh yaitu MERABA DAERAH SENSITIF (48%), bahkan 20% di antaranya melakukan INTERCOURUSE atau HUBUNGAN SEKSUAL. Apalagi jika kita lihat remaja saat ini, PACARAN (diluar nikah) sudah menjadi hal yang sangat lumrah bagi mereka yang tidak mengenal hukum.

Mengingat terbatasnya sampel yang diambil, hasil survey ini memang tidak dapat dikatakan menggabarkan keadaan remaja di seluruh Indonesia. Kenyataan yang sesungguhnya terjadi bisa saja tidak seburuk itu, walaupun juga tidak tertutup kemungkinan bahwa keadaan remaja kita lebih parah lagi. Tindakan ini tentunya sangat berbahaya karena merusak segala tatanan dan sekaligus menyebabkan penyesalan yang tidak terkira.

Jika terjadi kehamilan diluar nikah 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedy yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga. Dan berdasarkan data tahun 2000 angka kematian bayi disebabkan aborsi mencapai 2 juta. Naudzu billah.

Cinta Ilahi

Gambaran tentang cinta Ilahi telah dicontohkan dalam kisah kehidupan para sahabat dimana cinta selalu beriringan dengan keimanan. Dengan cinta dan keimanan inilah hati setiap mukmin yang satu dengan lainnya terikat kuat. Bila mukmin yang satu sakit, maka mukmin lain yang lain pun merasakan hal yang sama. Karenanya, tak berlebihan bila seorang ulama Mesir yang telah syahid, Al Ustadz Imam Hasan Al-Banna mengatakan bahwa dengan dua sayap inilah islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan. Bagaimana tidak, jikalau dengan iman dan cinta, persatuaan ummat akan terbentuk dan permasalahan pun akan terpecahkan.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.At-Taubah: 71).

Hal itu juga tidak lain karena orang lain mukmin itu laksana sebuah bangunan. Bagian yang satu akan mengokohkan bagian yang lain. Sebaliknya, jika bagian yang satu hancur, maka yang lain pun akan merasakan kehancurannya. Karena itu, hadis Rasulullah SAW juga menegaskan : “Gambaran orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling mengasihi dan saling berempat di antara sesame mereka adalah laksana satu tubuh, jika ada sebagian dari anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuh akan ikut merintih, merasakan demam, dan tak bisa tidur.”

Demikianlah sekelumit gambaran tentang cinta, tinggal cinta mana yang akan kita pilih apakah cinta yang membawa kenikmatan sesaat dengan mewariskan kesengsaraan dan kehinaan yang panjang ataukah cinta yang abadi yang dinantikan sang pecinta abadi.

Kamis, 02 Desember 2010

Kelemahan Jiwa (Fatrah)


Hal yang sering terjadi setelah taubat biasanya kepada perbuatan dosa yang sama karena kelemahan jiwa untuk menjauhinya (fatrah). Permulaan terjadinya kelemahan jiwa adanya dorongan-dorongan nafsu dan syahwat muncul dalam diri seseorang. Lalu, dorongan-dorongan itu mendapat sambutan dari dalam jiwanya. Kemudian, jiwa itu merasa nyaman dalam keadaan lemah (fatrah), dan akhirnya ia pun meninggalkan ketekunan dan kerja keras dalam menghindari perbuatan dosa.

Kelemahan jiwa menjadi kuat dengan adanya sedikit pengetahuan tentang manfaat taubat dan sikap meremehkan anugerah besar (hidayat taubat) yang Allah berikan kepadanya. Sedangkan seseorang mendapatkan kelemahan yaitu dari percampuran hati dengan berbagai kesenangan dunia dan keseringan mengerjakan yang ringan (rukhshah)[1]. Pada saat itu, dia cenderung pada kelemahan jiwa (fatrah) dan kelalaian bertaubat, sehingga menjadi tawanan hawa nafsunya.

Permulaan fatrah adalah kemalasan. Jika ada penjagaan yang kuat, lenyaplah kemalasan itu. Jika tidak, kemalasan akan terus meningkat dan timbullah hasrat untuk melakukan perbuatan dosa. Jika rasa takutnya menguat, ia akan menjadi penghalang bagi dirinya agar tidak kembali kepada perbuatan dosa. Akan tetapi, jika tidak, hasrat untuk kembali kepada perbuatan dosa akan bertambah kuat, dan dia akan lari ketaatan, kecuali jika niat yang kuat untuk kembali pada ketaatan masih ada di dalam hatinya. Jika tidak, dia akan menjadi orang yang sesat. Dan, jika memohon perlindungan kepada Allah dari hal semacam itu.

Jika telah tersesat, dia keluar dari rasa takut (kepada Allah) dan masuk ke dalam rasa aman yang menghanyutkan. Lalu, perbuatan dosanya akan meluas hingga ke tempat-tempat yang membinasakan orang banyak. Pada saat itu, tersingkaplah tirai keadilan Ilahi karena dia membeberkan kejelekannya di hadapan semua orang. Hal yang demikian ini terjadi disebabkan oleh sedikitnya introspeksi diri.



[1] Rukhshah adalah pengeculian hukum syari’at karena adanya keadaan darurat, seperti meng-qashar shalat (shalat yang harusnya dilakukan empat rakaat menjadi dua rakaat) bagi musafir dan berbuka puasa bagi musafir dan orang sakit.

Tobat : Pintu Gerbang Menuju Ilahi

Syaikh Abu ‘Abdillah Al-Harits ibn Asad Al-Muhasibi r.a. bertanya kepada gurunya, Abu Ja’far Muhammad ibn Musa r.a.[1] “Wahai Abu Ja’far – semoga Allah selalu mencurahkan rahmat kepadamu – apa yang pertama harus aku lakukan untuk sampai kepada Allah?”

Dia menjawab, “Kembali kepada Allah, sebagaimana yang telah dikehendaki-Nya.”

Aku bertanya, “Apa makna kembali kepada Allah?”

Dia menjawab, “Bertaubat, wahai anakku, sebagaimana yang dijelaskn oleh Sa’id ibn Jubair[2] ketika menjelaskan firman Allah, Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang kembali (QS.al-Isra’ [17] : 25). Sa’id ibn Jubair berkata, maksud orang-orang yang kembali adalah yang bertaubat kepada Allah.”

Aku bertanya, “Apa makna taubat?”

Dia bertanya, “Taubat adalah menyesali perbuatan buruk (dosa) yang telah dilakukan, meneguhkan hati untuk tidak melakukannya lagi, dan menjauhi setiap hal yang mendorong pada perbuatan itu. Allah SWT berfirman, Dan, mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedangkan mereka mengetahui” (QS.ali Imran [3]: 135).

Hal yang harus dilakukan oleh seseorang yang bertaubat yaitu meninggalkan segala perbuatan dosa, memalingkan hati dari hasrat berbuat dosa, menanggalkan sikap munafik demi keuntungan pribadi, menghindari perselisihan dan mengikuti pendapat yang benar meskipun harus rela berkorban, mengembalikan hak-hak orang lain yang telah diambilnya secara zalim, dan menuaikan semua kewajibannya baik kepada Allah maupun kepada manusia.

Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan[105] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS.al-Baqarah [2]:160)

[105] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

Hal yang dilakukan setelah itu adalah memperbaiki makanannya karena makanan dapat mempengaruhi tingkah laku. Fungis makanan seperti akal (baca:hati) yang menggerakan aktivitas raga. Jika akal seorang baik, baik pula seluruh aktivitas raganya. Makanan yang baik (halal dan berkah) akan memudahkan seseorang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang layak dilakukan oleh orang-orang yang taat kepada Allah.

Selanjutnya, hal yang dilakukan adalah menyesali apa yang telah diperbuat dan memperbaiki apa yang akan dilakukan, beristighfar dengan lisan atas dosa-dosa yang telah lalu dan menghilangkan sama sekali keinginan berbuat dosa, berketetapan hati untuk tidak kembali lagi pada perbuatan yang haram; dan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakan sambil memohon ampunan kepada Allah dengan sunguh-sungguh. Jika hal itu terus menerus dilakukan, sangat mungkin Allah akan menerima taubatnya.

Yang menggerakan seorang hamba untuk bertaubat, hatinya merasa mantap dan merasa takut bahwa taubat akan terlewatkan. Dengan mengenali Allah, seorang hamba akan segera mengetahui kewajiban bertaubat, setelah ia melakukan dosa. Allah SWT berfirman,

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.al-Nur [24]: 31).

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). (QS. al-Tahrim [66]: 8).

Wahai pemuda, barangsiapa yang tidak mengenal Allah, dia tidak akan mampu mengambil pelajaran kebijaksanaan. Tidaklah kamu mendengar firman Allah, “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim (QS.al-Hujurat [49]: 11). Maka, sesungguhnya Allah telah mewajibkan taubat kepadamu, dan Dia juga mengaitkan kamu dengan kezaliman, jika kamu tidak meninggalkannya. Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba mewjibkan atas dirinya bertaubat dan menakut-nakuti dirinya dengan siksa Allah, jika meninggalkan taubat.

Kekuatan untuk bertaubat adalah hati senantiasa mengatahui bahwa ajal itu sangat dekat dan datangnya kematian adalah tiba-tiba. Hati juga harus dilatih untuk khawatir terhadap harapan ampunan dari Allah yang belum tentu dikabulkan, dan membiasakan diri untuk takut akan siksa Allah yang segera menimpanya, jika ia terus menerus mengerjakan perbuatan dosa. Hendaklah senantiasa berada dalam keadaan takut akan siksa Allah (neraka) dan mengharapkan apa yang dijanjikanNya (surga). Sebab, Allah SWT menyerukan kepada hamba-hambaNya untuk meraih janjiNya dan menjauhi ancamanNya . Allah SWT menakut-nakuti mereka dengan siksaan yang pedih, dan memotivasi mereka dengan kerinduan memperoleh surge yang dijanjikan. Inilah yang menggerakkan hati seorang hamba untuk bertaubat. Dia juga menghimbau mereka untuk selalu memperbaiki akhlaknya dan keutamaan dirinya.

Luqman Al-Hakim memberi nasihat kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah kamu menunda taubat karena sesungguhnya datangnya kematian adalah secara tiba-tiba.” Yang dapat menguatkan tekadmu untuk bertaubat ada tiga perkara: Pertama, mengingat dosa yang telah lalu dengan mengurangi makan dan minum[3] dan meninggalkan nafsu. Kedua, berupaya sekuat tenaga untuk melaksanakan kemauan taubat sambil terus menerus mengingat mati. Ketiga, terus berpegang pada kedua perkara di atas dan tidak melupakan keduanya sehingga memudahkanmu untuk mengingat mati, dosa dan taubat.

Tanda ketulusan dalam taubatnya, selalu bersedih atas umur yang telah dihabiskan untuk kesia-siaan dan permainan; Selalu khawatir, apakah taubatnya itu diterima atau tidak; Merasa kurang atas ibadah yang telah dipersembahkan kepada Allah sambil terus menerus dalam keadaan bersedih hati; Terus bersungguh-sungguh untuk mengerjakan amal saleh sambil merasa takut, jika taubatnya tidak diterima; Bersegeralah menuju ampunan Allah sambil merasa takut akan bujukan hawa nafsu dan kenikmatan semu perbuatan dosa sehingga bumi menjadi sempit lari dari (siksa) Allah karena semua tempat adalah milikNya.

Dan terhadap tiga orang[665] yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi Telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun Telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka Telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima Taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS.al-Taubah [9] : 118)

[665] yaitu Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi'. mereka disalahkan Karena tidak ikut berperang.

Orang yang bertaubat harus memahami bahwa taubat adalah anugerah Allah SWT. Keinginan untuk bertaubat merupakan hidayah dan taufik Nya. Sehingga, hati akan teguh dalam melakukan amal saleh karena Allah. Anugerah yang ada dalam taubat berasal dari ruh makrifat-Nya.

Setelah sampai derajat ini, maka dia harus melakukan sesuatu yang tidak boleh ditinggalkannya, yaitu bersyukur kepada Allah atas anugerah taubat itu. Ini adalah suatu karunia –utama Allah yang dianugerahkan kepadanya.



[1] Muhammad ibn Musa adalah guru spiritual Al-Muhasibi. Nama panggilannya Abu Ja’far. Dalam literature klasik, terdapat juga nama Muhammad ibn Musa yang panggilannya Abu Bakar, tetapi dia tidak hidup semasa dengan Al-Muhasibi.

[2] Sa’id ibn Jubair adalah seorang tokoh yang menjadi perumpamaan dalam keleluasaan ilmu dan kewarakannya.

[3] Mengingat dosa dan akibatnya akan menyebabkan seseorang meninggalkan dosa itu, sedangkan sedikit makan dan minum akan melemahkan hawa nafsu dalam mengumbar syahwatnya.