Search

Sabtu, 30 Juni 2012

Taubat


Syaikh Abu ‘Abdillah Al-Harits ibn Asad Al-Muhasibi r.a. bertanya kepada gurunya, Abu Ja’far Muhammad ibn Musa r.a.[1] “Wahai Abu Ja’far – semoga Allah selalu mencurahkan rahmat kepadamu – apa yang pertama harus aku lakukan untuk sampai kepada Allah?”
Dia menjawab, “Kembali kepada Allah, sebagaimana yang telah dikehendaki-Nya.”
Aku bertanya, “Apa makna kembali kepada Allah?”
Dia menjawab, “Bertaubat, wahai anakku, sebagaimana yang dijelaskn oleh Sa’id ibn Jubair[2] ketika menjelaskan firman Allah, Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang kembali (QS.al-Isra’ [17] : 25). Sa’id ibn Jubair berkata, maksud orang-orang yang kembali adalah yang bertaubat kepada Allah.”
Aku bertanya, “Apa makna taubat?”
Dia bertanya, “Taubat adalah menyesali perbuatan buruk (dosa) yang telah dilakukan, meneguhkan hati untuk tidak melakukannya lagi, dan menjauhi setiap hal yang mendorong pada perbuatan itu. Allah SWT berfirman, Dan, mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedangkan mereka mengetahui” (QS.ali Imran [3]: 135).
Hal yang harus dilakukan oleh seseorang yang bertaubat yaitu meninggalkan segala perbuatan dosa, memalingkan hati dari hasrat berbuat dosa, menanggalkan sikap munafik demi keuntungan pribadi, menghindari perselisihan dan mengikuti pendapat yang benar meskipun harus rela berkorban, mengembalikan hak-hak orang lain yang telah diambilnya secara zalim, dan menuaikan semua kewajibannya baik kepada Allah maupun kepada manusia.
žwÎ 4 $tRr&ur Ü>#§q­G9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÊÏÉÈ
Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan[105] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS.al-Baqarah [2]:160)
[105] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Hal yang dilakukan setelah itu adalah memperbaiki makanannya karena makanan dapat mempengaruhi tingkah laku. Fungis makanan seperti akal (baca:hati) yang menggerakan aktivitas raga. Jika akal seorang baik, baik pula seluruh aktivitas raganya. Makanan yang baik (halal dan berkah) akan memudahkan seseorang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang layak dilakukan oleh orang-orang yang taat kepada Allah.
Selanjutnya, hal yang dilakukan adalah menyesali apa yang telah diperbuat dan memperbaiki apa yang akan dilakukan, beristighfar dengan lisan atas dosa-dosa yang telah lalu dan menghilangkan sama sekali keinginan berbuat dosa, berketetapan hati untuk tidak kembali lagi pada perbuatan yang haram; dan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakan sambil memohon ampunan kepada Allah dengan sunguh-sungguh. Jika hal itu terus menerus dilakukan, sangat mungkin Allah akan menerima taubatnya.
Yang menggerakan seorang hamba untuk bertaubat, hatinya merasa mantap dan merasa takut bahwa taubat akan terlewatkan. Dengan mengenali Allah, seorang hamba akan segera mengetahui kewajiban bertaubat, setelah ia melakukan dosa. Allah SWT berfirman,
(#þqç/qè?ur n<Î) «!$# $·èŠÏHsd tmƒr& šcqãZÏB÷sßJø9$# ÷/ä3ª=yès9 šcqßsÎ=øÿè? ÇÌÊÈ
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.al-Nur [24]: 31).
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqç/qè? n<Î) «!$# Zpt/öqs? %·nqÝÁ¯R
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). (QS. al-Tahrim [66]: 8).
Wahai pemuda, barangsiapa yang tidak mengenal Allah, dia tidak akan mampu mengambil pelajaran kebijaksanaan. Tidaklah kamu mendengar firman Allah, “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim (QS.al-Hujurat [49]: 11). Maka, sesungguhnya Allah telah mewajibkan taubat kepadamu, dan Dia juga mengaitkan kamu dengan kezaliman, jika kamu tidak meninggalkannya. Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba mewjibkan atas dirinya bertaubat dan menakut-nakuti dirinya dengan siksa Allah, jika meninggalkan taubat.
Kekuatan untuk bertaubat adalah hati senantiasa mengatahui bahwa ajal itu sangat dekat dan datangnya kematian adalah tiba-tiba. Hati juga harus dilatih untuk khawatir terhadap harapan ampunan dari Allah yang belum tentu dikabulkan, dan membiasakan diri untuk takut akan siksa Allah yang segera menimpanya, jika ia terus menerus mengerjakan perbuatan dosa. Hendaklah senantiasa berada dalam keadaan takut akan siksa Allah (neraka) dan mengharapkan apa yang dijanjikanNya (surga). Sebab, Allah SWT menyerukan kepada hamba-hambaNya untuk meraih janjiNya dan menjauhi ancamanNya . Allah SWT menakut-nakuti mereka dengan siksaan yang pedih, dan memotivasi mereka dengan kerinduan memperoleh surge yang dijanjikan. Inilah yang menggerakkan hati seorang hamba untuk bertaubat. Dia juga menghimbau mereka untuk selalu memperbaiki akhlaknya dan keutamaan dirinya.
Luqman Al-Hakim memberi nasihat kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah kamu menunda taubat karena sesungguhnya datangnya kematian adalah secara tiba-tiba.” Yang dapat menguatkan tekadmu untuk bertaubat ada tiga perkara: Pertama, mengingat dosa yang telah lalu dengan mengurangi makan dan minum[3] dan meninggalkan nafsu. Kedua, berupaya sekuat tenaga untuk melaksanakan kemauan taubat sambil terus menerus mengingat mati. Ketiga, terus berpegang pada kedua perkara di atas dan tidak melupakan keduanya sehingga memudahkanmu untuk mengingat mati, dosa dan taubat.
Tanda ketulusan dalam taubatnya, selalu bersedih atas umur yang telah dihabiskan untuk kesia-siaan dan permainan; Selalu khawatir, apakah taubatnya itu diterima atau tidak; Merasa kurang atas ibadah yang telah dipersembahkan kepada Allah sambil terus menerus dalam keadaan bersedih hati; Terus bersungguh-sungguh untuk mengerjakan amal saleh sambil merasa takut, jika taubatnya tidak diterima; Bersegeralah menuju ampunan Allah sambil merasa takut akan bujukan hawa nafsu dan kenikmatan semu perbuatan dosa sehingga bumi menjadi sempit lari dari (siksa) Allah karena semua tempat adalah milikNya.
n?tãur ÏpsW»n=¨W9$# šúïÏ%©!$# (#qàÿÏk=äz #Ó¨Lym #sŒÎ) ôMs%$|Ê ãNÍköŽn=tã ÞÚöF{$# $yJÎ/ ôMt6ãmu ôMs%$|Êur óOÎgøŠn=tæ óOßgÝ¡àÿRr& (#þqZsßur br& žw r'yfù=tB z`ÏB «!$# HwÎ) Ïmøs9Î) ¢OèO z>$s? óOÎgøŠn=tæ (#þqç/qçFuÏ9 4 ¨bÎ) ©!$# uqèd Ü>#§q­G9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÊÊÑÈ
Dan terhadap tiga orang[665] yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi Telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun Telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka Telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima Taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS.al-Taubah [9] : 118)
[665] yaitu Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi'. mereka disalahkan Karena tidak ikut berperang.
Orang yang bertaubat harus memahami bahwa taubat adalah anugerah Allah SWT. Keinginan untuk bertaubat merupakan hidayah dan taufik Nya. Sehingga, hati akan teguh dalam melakukan amal saleh karena Allah. Anugerah yang ada dalam taubat berasal dari ruh makrifat-Nya.
Setelah sampai derajat ini, maka dia harus melakukan sesuatu yang tidak boleh ditinggalkannya, yaitu bersyukur kepada Allah atas anugerah taubat itu. Ini adalah suatu karunia –utama Allah yang dianugerahkan kepadanya.


[1] Muhammad ibn Musa adalah guru spiritual Al-Muhasibi. Nama panggilannya Abu Ja’far. Dalam literature klasik, terdapat juga nama Muhammad ibn Musa yang panggilannya Abu Bakar, tetapi dia tidak hidup semasa dengan Al-Muhasibi.
[2] Sa’id ibn Jubair adalah seorang tokoh yang menjadi perumpamaan dalam keleluasaan ilmu dan kewarakannya.
[3] Mengingat dosa dan akibatnya akan menyebabkan seseorang meninggalkan dosa itu, sedangkan sedikit makan dan minum akan melemahkan hawa nafsu dalam mengumbar syahwatnya.

Story Of Wak Bujang

“Ooo Siapoy….,” teriak ibu Habibah kepada salah seorang awak kapal yang sedang duduk santai di bagian belakang kapal malam itu. “Ye..”, sahut Siapoy. Lanjut Habibah menjawab “Ade Wak bujang ndak dikapal tu?”, “Ade….”, Wak bujang, ade yang cari.., ungkap Siapoy lanjut.
Dalam cerita ini Wak bujang adalah sesosok orang atau teman akrab ibu Habibah  yang dapat membuat semua orang betah untuk berbicara padanya, karena cara dan gaya bicaranya yang lucu serta eksotik, padahal dia bukanlah seorang seniman. Cerita berawal dari penitipan barang oleh ibu Habibah kepada wak bujang yang berlangsung diatas kapal.
Wak Bujang adalah awak di sebuah kapal pengangkutan barang antara Pontianak ke sebuah dusun yang berada di Kecamatan Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, dan begitu pula sebaliknya. Dan wak Bujang ini adalah teman akrab ibu Habibah  bahkan sudah dianggap seperti keluarga karena mereka satu dusun dulunya.
Ibu Habibah yang ditemani dengan seorang anak gadisnya yang bernama Affiah pergi untuk menemui wak Bujang dengan berjalan kaki, disepanjang perjalanan mereka hanya mendapatkan pencahayaan bulan dan sebuah lampu senter handphone  yang pada saat itu berada dalam gengaman tangan Afifah.
Perjalanan dilakukan diatas gertak tepian sungai Kapuas, karena pada malam itu wak Bujang berada di penambatan kapal yang tidak begitu jauh dari lokasi rumah mereka. Setelah bertemu dengan wak Bujang maka mereka berbincang-bincang.
Di awal perbincangan wak Bujang menggoda Afifah, hingga membuat Afifah tersipu malu. ”Cantek pula’ anak kau nie ye Bah, pakal lah aku nie udah tue kalau maseh mude dah ku urat anak kau nie. Jadi anak kau nie, macam anak aku ga’. Tapi anak aku yang bungsu tu maseh bujang, boleh lah kite nie be’besan” tutur Wak Bujang menggoda Afifah. “Boleh…” jawab ibu Habibah sambil tersenyum.
 Pada pertengahan perbincangan, wak Bujang mulai bercerita lucu. Dengan cerita lucunya membuat Ibu Habibah dan Afifah mengurungkan niat awalnya yang akan segera pulang setelah memberikan barang titipan. Pasalnya cerita dari wak bujang membuat mereka tak henti-hentinya tertawa dan selalu penasaran dengan cerita eksotiknya.
Cerita wak Bujang yang pertama yaitu mengenai seorang petani. “Waktu itu semue orang dusun tuh sepok semue, helicopter pun dikirenye bende yang berbahaye, bise dikatekan untuk jaman ini nih misalnya alien lah. Gini ceritenye, pas helicopter turun di tanah lapang tuh ada seseorang petani yang balek dari ladang (sawah)”. Tanya  Afifah memotong cerita, “Siape name petani tu Wak?”. Jawab wak Bujang “ A’ name orang tue tu degel siket, namenye atok Kise’. Atok Kise’ tuh pakai topeng dan membawa’ karung yang isinya padi. Bukan topeng power ranger ataupun satria baja hitam tu, tapi topeng tuk belindong dari panas tu, bende tu hanye nampak mate dan mulut yak.
Setelah balek dari ladang, atok Kise’ itu pun lewat tanah lapang yang di darati oleh helicopter. Awalnye die hanya mengintep sedikit di balik jejeran derum minyak, tapi ketika kipas helicopter berputar, namekan die tekejot (kaget) langsung lari membabi buta. Bende apepun dilanggarnye, entah itu becek sekalipun, taulah tanah dusun saat tu masih belom besemen.
Pada saat si atok Kise’ tu berlari, ade seseorang yang melihatnya berlari, maka orang itupon juga ikut berlari. Ngape??... Itu karena dia kire atok Kise’ yang berlari tadi tuh maling…., karena berpakaian seperti maling bertopeng dan membawa karung dengan isi yang penuh.
Lalu mereka bedua’ tu sama-sama berlari membabi buta keliling kampung.  Ketike atok Kise’ itu sadar bahwa ade yang mengikuti dia dari belakang dengan membawa sebilah parang, membuat atok Kise’ tersebut semakin laju berlari. Orang itu pun juga menambah kecepatan larinya  hingge akhirnye die kehilangan jejak si atok Kise’ tadi tuh.
Ternyate atok Kise’ tadi tuh udah nyampai dirumahnye dah, sesampainye dirumah, atok Kise’ langsung mengunci pintu rumahnye rapat-rapat, tak lupa langsung disengkannye dengan kayu’ besar.  Oleh sebab itulah orang tadi yang berlari ngejar atok Kise’ kehilangan jejak.
Betingkah pula si tikus pakai acara ribot diatas para’ (loteng) rumah atok Kise’ tu, rupenye tikos tu tengah bekelahi. Udah itu, pakai acara mati dan jato’ didepan pintu rumah. Tambah sawan lah atok Kise’ tu, dikirenye itu ulah si alien, begegar lutot orang tue tu sampai-sampai tak tidok semalaman.
Keesokan harinya atok Kise’ mengadukan kejadian tersebut  kepada ketua RT, bahwa die kemaren nengok pesawat alien, lepas tu dikejar-kejar orang pakai parang. Setelah mendengar cerite itu, ketua RT-nye ketawa terbahak-bahak pasal alur cerite atok Kise’ yang degel tetapi ketua RT tak lupa untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Setelah mendengar penjelasan dari ketua RT yang menyatakan bahwe yang dilihat sebagai pesawat alien tu… adalah helikopter yang membawa’ gubernur Kalimantan Barat dengan maksud ingin melihat keadaan dusun tu.
Setelah mendengar cakap ketua RT tu maka atok Kise’ tadi tu tertawa sendiri, tak henti-hentinya dia tertawa hingga dalam perjalanan pulang pun dia masih tertawa. Namun ketika dia melalui tanah lapang yang masih berisi helicopter, dia kembali memperhatikan helicopter tersebut. Tak lama beberapa menit kemudian helicopter itu siap untuk berangkat, dengan putaran kipasnya yang kencang membuat atok Kise’ kembali ketakutan dan berlari membabi buta tetapi kali ini dia tidak membawa apapun.
Dengan kencangnya dia berlari sehingga anak-anak yang sedang bermain gala hadang bersama teman-temannya keheranan melihat atok Kise’ berlari selaju kilat, bahkan ade seorang anak tu tumbang di langgarnye. Kacau si atok Kise’ tu”. Tutur Wak Bujang sambil memperagakan gaya dari cerita tersebut.
Setelah mendengar cerita Wak Bujang yang pertama, ibu Habibah dan Afifah tertawa geli dan setelah itu mereka berniat ingin pulang. Namun Wak Bujang menahannya dengan kembali bercerita mengenai pengalamannya. Ibu Habibah dan Afifah kembali mengurungkan niat yang kedua kalinya untuk pulang, dan kembali mendengar cerita Wak Bujang.
Wak Bujang kembali bercerita “Itu cerite yang pertame ye, ni ade age mengenai cucuk Wak nie. Cucuk Wak tuh laki-laki usianye 5 tahun, namenye Ipan.  Pada waktu itu Wak berada di sawah. Pada saat sedap-sedapnye panen padi, tibe-tibe anak Wak perempuan yang nomor 2 memanggil-manggil Wak dari kejauhan. Wak heran gak, ade angin ape pula’ anak Wak mau ke sawah padahal dia tak pernah-pernahnye ke sawah.
Wak pun pergilah memenuhi panggilan anak Wak tuh, takutnye ade hal penting. Ape kabar…., betol ade hal penting, ternyate anaknye atau cucuk Wak hilang belum pulang-pulang ke rumah padahal hari dah nak petang dah.
Make dengan segera Wak membereskan semue barang-barang dan pulang kerumah. Setelah pulang kerumah Wak mengajak warga sekitar untuk bantu mencari, kabar terakhir yang Wak dengar, cucuk Wak tuh main kelayang (layang-layang) di sekitaran kuburan yang disamping masjid di dusun tuh. Ceritenye cucuk Wak tuh disuruh tidur siang, tapi die kabor main dengan teman-temannye tanpa sepengetahuan orang rumah.
Kami semua mencari dari petang hingga adzan magrib berkumandang tak ketemu-ketemu. Terus Wak cobe adzan disitu siape tau di tapokkan hantu Kolong Wewe’ karena kabarnye hantu inini suke curi anak kecil, makenye Wak adzan. Tapi setelah Wak adzan tak ketemu-ketumu gak.
Di sekitaran tempat bermain cucuk Wak tuh tak ade semak-semak bah, hanye beberape pohon besar dan tumbuhan Putri Malu jak. Sambil Wak bercari sambil Wak becakap dengan orang yang bantu cari di dekat wak. Kalau macam inini tak ketemu-ketemu nampaknya ku pungut sayur Putri Malu lalu ku panjate’ kelapa lalu ku masak e’ sayur lemak, nyaman makan. Kate orang sebelah wak tu, “sempat-sempat pula’ wak Bujang nie begurau”. Lalu wak saot die, iyelah… peneng pala’ aku dibuat buda’-buda’ nie.
Setelah beberapa jam Wak mencari, Wak balek lok sebentar untuk shalat magrib, lalu Wak lanjutkan shalat isya. Setelah shalat Isya’ Wak turun kembali melanjutkan pencarian. Tapi setelah Wak selesai shalat, Wak dapat kabar bahwa cucuk Wak udah ketemu, maka dengan segera Wak menuju ke tempat tadi tu.
Setelah tiba disana Wak melihat cucuk Wak ternyate ade di antare tumbuhan Putri Malu tersebut. Wak sempat tak habis pikir, padahal kami semua tadi bercari di sekitar situ’ tapi kenapa tidak ketemu, aneh. Tapi Wak pikir ya udahlah… yang penting cucuk Wak udah ketemu dah, Alhamdulillah masih dalam keadaan bernyawa dan die hanye pingsan jak.” Tuturnya dengan ingin menyambung pembicaraan dengan cerita ke 3.
Namun ibu Habibah dan Afifah sudah kemalaman takutnya jalanan sepi. Jadi mereka memutuskan untuk segera pulang. Sebelum pulang pun wak Bujang berpesan, “Bibah, kalau ada hantu ditengah jalan nante,  sulur yak matenye pakai sentar biar dia silau dan kita’ bise belari selaju-lajunye macam cerite atok Kise’ tadi tu, hahaha. Kalau tadak, kau sebut jak name wak nie tige kali, pasti hantu tu ketawa’” tuturnya sambil tertawa dan Habibah serta anaknya juga ikut tertawa mendengarnya.
Sepanjang perjalanan,  Afifah merasa takut karena pada pesan terakhir wak Bujang tadi mengenai hantu. Dengan erat Afifah memegang tangan ibunya sambil mencuri-curi pandang ke sekitar sudut-sudut sepanjang perjananan hingga tiba dirumah. Saat itu suasana jalan sangat sepi dan gelap, hanya bulan redup dan lampu senter handphone yang menerangi perjalanan mereka.
Setelah tiba dirumah, Afifah dan ibunya berbagi cerita lucu tadi ke keluarga yang berada dirumah. Mereka bercerita disaat keluarga kumpul diruang televisi, maka suara televisi nyaris tak terdengar dan tak terhiraukan lagi oleh mereka.  Dan suasana malam itu begitu riuh dengan tawa mereka. Dalam hati Afifah berkata, “sian..e tv tu, tak ade orang yang dulikan die, tak usahkan nak noleh nak dengar suarenye pun tadak. Untung tv tu tak punye air mate, kalau punye… bise banjer rumahku”. Ia berbicara dalam hati sembari menghayal, setelah ia sadar dari lamunannya “eh.. pandai pula’ aku nie menghayal…, ini pasti jangket wak Bujang tade”, tuturnya senyum.
Pagipun menyapa, dengan suasana pagi yang begitu cerah membuat permulaan hari lebih bersemangat. Aktivitas pagi biasanya anak-anak ibu Habibah tidak menetap dirumah. Melainkan mereka sibuk beraktivitas diluar rumah, ada yang sekolah, kuliah dan bekerja. Jadi pagi hingga menjelang siang ibu Habibah hanya sendiri dirumah, pintu masuk rumah yang menuju ruang tamu selalu tertutup rapat, karena disekitar lokasi rawan pencuri. Rumah ibu Habibah sudah tiga kali dimasuki oleh beberapa orang pencuri.
Suatu ketika Wak Bujang melintasi rumah ibu Habibah untuk sekedar membeli keperluan ditepian kota, sering kali dilihatnya pintu masuk rumah tertutup rapat. Padahal niat wak Bujang selain membeli barang keperluan juga ingin mampir sebentar untuk silaturahmi, namun   beberapa kali wak Bujang ingin bersilaturahmi kerumah ibu Habibah, selalu mengurungkan niatnya karena melihat pintu masuk rumah ibu Habibah selalu tertutup.  Prakiraan wak Bujang, rumah tersebut sedang tidak berpenghuni atau orang rumah sedang keluar.
Hingga pada suatu malam, ketika ibu Habibah dan Afifah  pergi ke warung untuk membeli suatu keperluan dapur, tiba-tiba dari sebrang jalan ada yang memangil mereka. “Habibah…..” teriak wak Bujang dari kejauhan. “Ngape pula’ mereke tu noleh tapi tak nyahut ye, nak nunggu pon tadak.  Mungkin aku nie terlalu gelap ke kali, sehingge tak nampak dilihatnye tapi ade suare”, tutur wak Bujang berlari mengarah mendekati mereka.
“hah…..” sapa wak Bujang sambil menepuk pundak ibu Habibah. Ibu Habibah dan Afifah tersentak kaget dengan hadirnya wak Bujang. “Pantaslah tadi macam ade orang manggil, tapi kok tak ade orangnye” ungkap Afifah. Karena sinar bulan malam itu redup dan tidak adanya lampu jalan, hingga tidak begitu terang membuat Afifah dan ibunya tidak melihat jelas keadaan sekitar. Jalan yang mereka lalui adalah diatas gertak jalan tepian sungai Kapuas.
Setelah bertemu, mereka berjalan bersama. Sembari mencapai lokasi tujuan, mereka berbincang-bincang dan wak Bujang pun mengeluarkan jurus andalannya dengan bercerita lucu. Maka disepanjang perjalanan mereka penuh dengan tawa.
 “Bibah, kemaren udah beberape hari ni Wak sering bolak balek di depan rumah kau. Tapi tak Wak lihat satu orang pun, leteh Wak toleh kanan toleh kiri, ngintip sana ngintip sini. Tadak ga’ ade orangnye.
Susah benar nak bejumpe, langsung wak cobe duduk depan tv, kali gak ada kau dalam tv tuh. Tapi wak tunggu-tunggu ‘tadak gak ade kau, eh…. tak taunye disini kau,” tuturnya sambil tersenyum.
Wak Bujang kembali sedikit bercerita, “ah…Wak punye cerite lagi ni, mau dengar ndak?”tanya Wak kepada mereka. Dan mereka menjawab “boleh-boleh tapi ndak panjangkan? Soalnye bukan ape Wak, takut kemalaman kayak kemaren tuh bah, jalan ni sepi.” Tutur mereka rasa penasaran dengan cerita Wak Bujang yang selanjutnya.
“Cerita ne Wak dapat dari teman Wak di kapal, bahwa malam itu anaknye bapak Yusuf sedang berjalan ke tepian sungai. Dua orang perempuan itu anaknye pak Yusuf dan satunye lagi laki, die tu calon menantunye. Saat itu malam minggu, jadi calon menantunye tuh ceritenye bersilaturahmilah ke rumah calon istrinye.
Awalnye mereka dirumah, tapi karena dirumah pak Yusuf age’  padam listrik, maka adiknye punye ide untuk menikmati suasana malam lebih dekat dan lebih alami, katenye. Make adiknye mengajak kakak dan calon abang iparnye ke sungai dan menaiki kapal yang sedang merapat.
Suasana di kapal saat itu kurang menarik, lalu mereka cari’ tempat yang sedap sikit. Lalu pindahlah mereke tu ke depan surau tepian sungai Kapuas yang tak jauh dari rumah pak Yusuf. Sambil mendengarkan music mereka menikmati malam yang hening dengan melihat aktifitas dilangit.
Namun beberape menit kemudian tibe-tibe suasana menjadi suram dan suasana yang terasa dekat dengan alam menjadi lenyap. Susane tersebut berubah ketika ade seseorang yang sedang mabuk menghampiri mereka.
Awalnya mereka tidak mengetahui bahwa di belakang mereka ada orang mabuk, namun pada saat itu untungnye adiknye tuh melihat ke belakang. Maka ketika orang mabuk semakin mendekati mereka, adeknye teriak. “Aaaa…’”, teriak adiknye.
Mendengar suara teriakan itu, kakak dan calon abang iparnya menoleh ke belakang, ternyate dilihatnyelah ade orang mabuk yang mau menghampiri mereka dengan jalan yang tak tentu rudu. Name’kan buda’ tu lalu berhamburan berdiri lalu berlari, sebelum berlari mereka mengambil sendal secara membabi buta. Tidak liat-liat age’ sendal siape yang dibawa’ saking tekejotnye tu.
Dua orang anak pak Yusuf berlari menuju rumah neneknye, yang tak jauh dari surau tu, sedangkan calon menantunye tu di ajaknye orang mabuk tu berputar-putar. Di dekat surau tu kan ade gertak yang berbentuk persegi panjang, lalu diajaknye lah orang mabuk tu berkeliling, dah leteh rasenye. Calon mantu pak Yusuf tu pergi ke tempat die parkir motor, orang mabuk tu pun maseh gak ikut. Lalu dengan terpakse calon mantu tu pamit via sms jak.
Sebenarnye maseh banyak age’ nie yang nak wak ceritekan, tapi kite dah harus bepisah. Kita’ pun takut gak kan balek malam age’, age’pon takut gak warung keburu tutup, selaaap lah. Dalah ye… Assalamu’alaikum…” wak bujang mengakhiri ceritanya. “Wa’alaikumsalam…” sahut ibu Habibah dan Afifah.

Username And Password ESET NOD32 Edisi 1 Juli 2012

Username And Password ESET NOD32 Edisi 1 Juli 2012

Cbf