KEBEBASAN MENGENDARAI SEPEDA MOTOR
“Siswa (i) dilarang membawa sepeda motor ke sekolah!”. Kalimat yang
berisi larangan keras di mading itu membuatku penasaran. Aku Shafiyah, biasanya
teman-teman menyapaku dengan nama Afi. Usiaku dua belas tahun, aku berasal dari
sebuah desa seberang kota keberadaanku sekarang. Aku penghuni baru dikota ini,
itupun karena melanjutkan pendidikan. Aku adalah anak bungsu dari dua
bersaudara dan aku memiliki sifat yang berbeda dari saudaraku, yaitu pemalu.
Sekarang aku duduk di bangku sekolah menengah pertama tepatnya di
kelas satu. Alasanku memilih sekolah di kota karena fasilitasnya lengkap, ramai
dan aku juga ingin melatih diriku untuk lebih percaya diri. Sekolah yang ku
pilih merupakan salah satu sekolah yang terkenal kedisiplinannya. Jarak tempuh
menuju sekolah lumayan lama, kurang lebih menghabiskan waktu setengah jam untuk
tiba disekolah.
Hari pertama sekolah aku diantar oleh Najwa, dia kakak pertamaku.
Aku diantar karena aku belum begitu hafal jalan dikota ini. “Kriiing…kriiing…,”
bunyi bel tanda istirahat. Saat jam istrahat tiba, aku masih seorang diri belum
mendapatkan seorang temanpun. Di jam istirahat aku ingin menghabiskan waktu
dengan membaca di perpustakaan. Namun sebelum tiba di perpustakaan, aku
terhenti di depan mading. Kulihat poster-poster serta tulisan-tulisan yang
menarik dan nikmat untuk di konsumsi. Di antara tulisan-tulisan itu, terdapat
satu tulisan yang membuatku bertanya-tanya penasaran.
“Siswa (i) dilarang membawa sepeda motor ke sekolah!”. Tulisan ini
membuatku membatalkan rencanaku, karena besok aku berencana untuk mengendarai
motor ke sekolah agar kakakku tidak repot untuk antar jemput. Lagipula aku di
desa aku sudah terbiasa mengendari sepeda motor sendiri tanpa larangan.
Satu minggu berjalan, aku merasa lelah dan kasihan melihat kakakku
yang rutin antar jemput. Rasanya aku ingin bertanya kepada salah seorang guru
mengenai tujuan sekolah membuat peraturan tersebut. Rasa ingin tahu yang ku
pendam ini, ingin segera aku akhiri. Akan tetapi sifat pemalu yang memagari
diriku belum mampu aku buka. Hingga akhirnya aku sharing dengan teman
sebangku denganku, Nia.
“Nia, kamu tahu alasan sekolah kita melarang untuk tidak membawa
kendaraan sendiri?”. “Tahu”, jawab Nia tersenyum. Aku membalas senyumnya, aku
mencoba menunggu kalimat lanjutan namun tak kunjung keluar dari bibir Nia. Aku
kembali bertanya “Lalu..??”, “lalu apa maksudmu?” tanya Nia balik kepadaku.
“Maksudku apa alasannya?”, “oooo..aku kira kamu hanya bertanya tahu atau tidak,
yes or no, gitu”, jawab Nia kembali tersenyum. “Kok senyum lagi”,
“kamu benar-benar enggak tahu atau hanya ngetes aku?” jawab Nia kembali
bertanya kepadaku. “Aku benar-benar tidak tahu, karena di desaku seusia dibawah
akupun diberikan kebebasan untuk mengendarai sepeda motor”.
Dimulai dari pertanyaanku tadi, maka Nia menjelaskan alasan yang
diketahui olehnya. Bahwa di kota anak-anak seusiaku dilarang untuk mengendarai
sepeda motor karena belum cukup usia. Usia yang diperbolehkan yaitu tujuh belas
tahun, karena diusia itu surat izin mengemudi (SIM) baru bisa dibuat. SIM
merupakan salah satu syarat berkendara. Selain itu, sering terjadi kecelakaan
lalu lintas yang pelaku dan korbannya seusiaku. Informasi dari Nia membuatku
pikiranku sedikit mereda. Pulang sekolah aku bertanya dengan kakakku, karena
aku belum puas dengan jawaban Nia.
“Kak,
disekolahku siswa (i) nya dilarang untuk membawa kendaraan sendiri. Kakak tahu
alasan dari larangan itu?”. “Tahu, sebab itu kakak antar jemput kamu sekolah”.
Di kota berbeda dengan di desa kita. Disana kamu bebas mengendarai sepeda motor
kemanapun kamu ingin, kapanpun, tidak tertib sekalipun tidak masalah. Sedangkan
di kota ada peraturan-peraturan dalam berkendara. Peraturan-peraturan itu
diantaranya yang wajib dimiliki oleh pengendara yaitu memiliki STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan),
SIM (Surat Izin Mengemudi), tertib. Tertib yang dimaksud menggunakan helm,
tidak membawa dengan kecepatan tinggi, taat aturan lalu lintas seperti lampu
merah dan informasi jalan dan lain sebagainya. Seusia kalian dilarang membawa
kendaraan sendiri selain membuat jalan macet, kecelakaan lalu lintas
mayoritasnya disebabkan ugal-ugalan para remaja yang tidak menggunakan helm,
kebut-kebutan dan selain itu usia yang belum cukup. Udah ya dek, udah kakak
jelaskan panjang lebar. Kakak mau keluar ada perlu”.
Tidurku malam
ini jauh lebih baik dari hari sebelumnya, karena sedikit demi sedikit rasa
penasaranku mulai terpudarkan oleh titik cerah. Pagi yang sama, aku diantar
kakak ke sekolah namun dengan semangat yang berbeda. Malam tadi aku telah
berjanji pada diri sendiri bahwa hari ini aku akan menggapai titik cerah itu,
harus. Aku akan mencari informasi hingga
benar-benar ku dapatkan kepuasan.
Sabtu adalah
hari yang berbeda dari hari-hari lainnya karena di sekolahku pada hari ini
siswa siswinya diwajibkan bersih-bersih pada satu jam pertama bel masuk. Setiap
kelas telah dibentuk kelompok untuk berbagi tugas masing-masing, jika tidak
taat maka akan mendapatkan hukuman berupa hafalan. Aku bersama teman kelompokku
dapat menyelesaikan tugas kami lebih
awal dari kelompok lainnya, kesempatanku memanfaatkan waktu ini dengan mencari
informasi lebih dalam untuk menjawab rasa penasaranku.
Di pojok taman
ku lihat seorang guru muda yang sedang duduk, menurut pendapat teman-temanku
dia tipikal yang asik diajak bicara, mengerti siswa serta berpengetahuan
banyak, pak Darwis namanya. Aku
beranikan diri untuk menyapa dan mengajaknya berbicara, aku harus menepati
janji pada diriku sendiri. Tuhan telah mempermudah jalanku untuk menepati
janjiku. “Pagi pak” sapa ku sambil tersenyum. “Pagi..”. Pak guru muda membalas
senyumku dan ia mempersilahkanku duduk disampingnya. Kami berbincang di awali
dengan perkenalan.
“Nama adik
siapa?” tanya pak guru kepadaku. “Namaku Shafiyah pak, teman-teman biasa
memanggilku dengan nama Afi”. “Dari kelas berapa?,” “Dari kelas 1A pak”. “Kamu
sudah kelar bersih-bersihnya?,” “Sudah pak, kelompokku selesai lebih awal dari
kelompok lainnya”. Perkenalan yang menyenangkan, berbicara sebentar saja dengan
pak Darwis aku merasa tenang tanpa ada rasa takut ataupun malu.
“Pak, aku boleh
bertanya?,” “boleh, satu pertanyaan lima ribu ya. hehe... pak Darwis meresponku
dengan bercanda”. “Silahkan, tanya saja. Selagi bapak bisa jawab, bapak akan
jawab dengan gratis”. “Begini pak, berawal dari peraturan yang ku baca di
mading sekolah bahwa siswa siswi dilarang membawa kendaraan sendiri. Padahal
rencananya aku ingin ke sekolah menggunakan motor pribadi, karena jarak tempuh
dari rumah ke sekolah sangat jauh bahkan memakan waktu kurang lebih setengah
jam dan aku tidak ingin merepotkan kakakku. Karena adanya peraturan itu, aku
selalu di antar jemput kakakku. Aku baru pertama kali ke kota, jadi aku tidak tahu
peraturan-peraturan yang ada disini. Karena di desaku masih sangat minim
fasilitas, listrik belum terjangkau dan parahnya Pak, aku pemalu jadi sering
diam dirumah. Sehingga informasi di luar sana aku tidak tahu”.
“Lalu apa yang
ingin kamu tanyakan?”. “Aku ingin tahu alasan-alasan mengenai aturan-aturan
berkendara dan lalu lintas. Dari informasi yang kudapat sebelumnya, bahwa
pengendara dibawah umur dilarang mengendarai motor karena mereka dibawah umur
banyak menyebabkan kecelakaan lalu lintas karena sering ugal-ugalan, tidak
menggunakan helm dan lain sebagainya”. “Oo.. begitu, bapak ngerti maksud kamu.
Bapak coba jawab setahu bapak ya, mungkin jam istirahat kita bertemu lagi
disini karena bel masuk telah berbunyi sekarang kamu segera ke kelas agar tidak
telat”. Pak Darwis memotong penjabaranku karena bel masuk telah berbunyi.
“Kriiing…kriiing…,”
bel istirahat berbunyi, aku bergegas menuju taman untuk menepati janjiku pada
pak Darwis. Saat aku tiba, tak beberapa lama pak Darwis datang menghampiriku. “Afi,
apakah kamu sudah siap untuk mendengarkan celotehan bapak?,” “Siap pak”,
jawabku sambil memberi hormat lalu kami tertawa bersama.
“Pengendara
dibawah umur merupakan fenomena yang semakin menjamur, terutama di kota-kota
besar. Nanti saat Afi pulang atau pergi sekolah coba untuk perhatikan sejenak
waktu-waktu ketika anak sekolahan berkeliaran di waktu pagi maupun di waktu
pulang sekolahan. Afi akan melihat banyak siswa yang berseragam SMP yang lalu
lalang menggunakan Sepeda motor. Secara teknis mereka belum memenuhi syarat
untuk berkendara, terutama menggunakan sepeda motor. Bagi sebagian orang,
fenomena seperti itu wajar saja mengikuti arus zaman. Tapi bagi sebagian orang
lagi hal itu merupakan masalah serius yang dapat membahayakan siapa saja,
terutama aparat keamanan dan pengguna jalan raya lainnya. Oya, tadi Afi
mengatakan bahwa ingin membawa kendaraan sendiri karena jarak tempuh yang jauh
dan juga tidak ingin merepotkan kakak Afi, itu merupakan salah satu alasan. Ada
alasan-alasan lainnya seperti memberikan motivasi agar anaknya bersemangat
pergi ke sekolah, secara psikologi memang bisa di buktikan bahwa kelengkapan
sarana dan prasarana untuk mencapai suatu tujuan dapat memottivasi kita untuk
mengejar tujuan. Selain alasan itu, juga ada alasan berupa menghemat waktu agar
cepat tiba ke sekolah sebab di kota biasanya jalanan macet. Padahal semakin
banyaknya penggunaan kendaraan pribadi maka semakin menambah volume kemacetan.”
“Afi tidak
pergi jajan dulu?” “enggak Pak, aku tidak haus dan lapar. Bapak jika ingin
jajan silahkan, aku tunggu disini saja”. “Tidak, kita lanjut lagi ya”. “Mereka
dibawah umur dilarang untuk mengendarai sepeda motor karena tingkat
emosionalnya belum stabil sehingga mereka suka balap-balapan liar di jalan,
melakukan zig zag diantara kendaraan lainnya bahkan membentuk geng motor. Tidak
hanya itu, prestasi bisa menurun sebab anak-anak yang mulai bercabang
pemikirannya ketika telah memiliki kendaraan bermotor, mereka tidak akan fokus
lagi kepada sekolahnya. Itu tadi, berpikir untuk balap-balapan, jalan-jalan
dengan pacar dan juga mereka tidak akan tenang berkendara karena tidak memiliki
surat izin mengemudi. Tidak jarang juga biasa kita lihat, bapak pribadi
khususnya melihat anak-anak itu berkendara tidak menggunakan pengaman kepala
yaitu helm, berkendara sambil telponan atau sms-an, mendengarkan musik sehingga
tidak fokus, dan itu dapat berakibat pada kecelakaan lalu lintas.”
Aku kembali
bertanya “kenapa harus menggunakan helm?”. “Karena helm berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan saat terjadi kecelakaan. Afi bisa bayangkan
jika tiba-tiba terpental dari sepeda motor yang sedang melaju kencang?
Kemungkinan besar kepala kita akan membentur sesuatu saat mendarat entah itu
aspal, batu, pagar pembatas, pohon, rumput dan lain sebagainya. Tidak bisa kita
bayangkan jika kita jatuh dengan posisi kepala lebih dulu pada benda keras
karena bisa menyebabkan kematian. Jika hal tersebut tidak ingin terjadi pada
diri anda, maka bekali diri anda dengan helm yang dapat meminimalisir efek
benturan yang terjadi. Gunakan helm yang memiliki sertifikasi SNI asli agar
lebih terjamin kualitas proteksinya. Pilih helm yang ukurannya sesuai dengan
kepala kita, rasanya nyaman dipakai dan ada pelindung dagu agar tidak
luka/besot saat terjatuh dari motor, terutama helm yang half face.
Selain itu helm juga bermanfaat untuk melindungi mata dari angin, debu dan
kotoran serta benda keras lainnya.Ketika sepeda motor berjalan maka wajah akan
berhadapan dengan debu, khususnya mata dapat mejadi kelilipan dan kotor
sehingga sulit melihat dengan jelas. Helm juga melindungi kepala dari panasnya
terik matahari
karena sengatan sinar matahari yang terus-menerus dan lama maka akan membuat kepala menjadi pusing, selain itu juga melindungi kepala dari basah air hujan. Dan terakhir, bebas dari tilangan polisi”.
karena sengatan sinar matahari yang terus-menerus dan lama maka akan membuat kepala menjadi pusing, selain itu juga melindungi kepala dari basah air hujan. Dan terakhir, bebas dari tilangan polisi”.
Akhirnya ku
gapai titik cerah yang ku inginkan, pertanyaan-pertanyaan yang terbendung
selama ini telah mampu ku pecahkan. Sifat pemaluku yang berlebihan telah mampu
ku pecah oleh rasa penasaranku. Sekarang aku bebas!!! Bebas boleh saja, tapi
bukan berarti bertindak sebebas-bebasnya tanpa mempertimbangkan lingkungan. Jika
ingin di hargai maka berilah penghargaan.