Search

Sabtu, 12 Maret 2011

Seni Memaksimalkan Daya Tarik



Oleh: Anne Ahira

Memiliki kepribadian yang menarik pasti
diidamkan setiap insan. Saya, Anda,
maupun siapa saja. Kehadiran pribadi
yang menarik selalu dinanti-nantikan
banyak orang. Ketiadaannya dirindukan.

Pertanyaannya, kualitas istimewa APA
yang ada pada manusia, yang bisa
membuat orang lain kagum dan terpesona?
Dan... ANDA-kah orangnya?

Sebagian orang mungkin berpikir hanya
orang-orang yang cantik, ganteng secara
fisik, pintar, atau bahkan kaya yang
memiliki daya tarik? Sebenarnya tidak
demikian!

Setiap orang berpotensi untuk menjadi
seorang insan yang memiliki daya tarik
tinggi, menjadi sosok yang dielu dan
diharapkan. Termasuk Hiliyah sendiri!
Pesona Hiliyah bisa ditumbuhkan dan
diciptakan dengan energi positif yang
Hiliyah miliki.

Bagaimana memunculkan aura positif Hiliyah
agar membuat ketertarikan bagi yang
lainnya?

Berikut adalah 7 Seni Memaksimalkan
Daya Tarik:

Teruslah Berbuat Baik Tanpa Pernah
Menghitungnya


Lakukan kebaikan layaknya menulis di
atas pasir dan pahatlah di batu untuk
setiap kesalahan yang Anda lakukan.

Artinya, lupakan setiap kebaikan Hiliyah
kepada orang lain, tak perlu menghitung! :-)

Sikap seperti ini akan melatih keikhlasan,
dan pada saat terbiasa, Hiliyah akan
merasakan arti puas yang sejati.

Merendahlah Agar Hiliyah Menjadi Tinggi

Orang yang merendah justru banyak
disenangi orang lain. Lain halnya
dengan orang yang sombong, kerendahan
hati merupakan perwujudan dari
toleransi dan memiliki nilai yang
tinggi.

Kerendahan hati dan kedamaian saling
bertautan. Percayalah pada diri
sendiri, dan singkirkan keinginan untuk
selalu ingin membuktikan pada orang
lain.

Jagalah Kemurnian

Tampil 'apa adanya'. Jadilah diri
sendiri. Untuk memiliki daya tarik
kita tidak perlu menjadi orang lain.

Menjadi diri sendiri jauh lebih
bernilai ketimbang kita selalu ingin
tampil 'seperti orang lain'.

Jadilah Orang Yang Penuh Minat

Apa yang Hiliyah katakan pada diri sendiri
tentang kehidupan, dan diri Hiliyah
sendiri, dari hari ke hari, bisa memberikan
efek yang luar biasa.

Sepanjang waktu, lihatlah diri Hiliyah sendiri
sebagai pribadi yang menarik. Pertahankan
perasaaan itu sejelas mungkin dalam pikiran.

Dengan sendirinya, 'alam' akan menarik
segala hal yang penting untuk
menyempurnakan perasaan dan pandangan
Hiliyah itu.

Jadilah orang yang selalu ceria, penuh
harapan, dan buat dunia ini terpikat
pada Hiliyah!

Wajah Ceria

Tertawa itu sehat. Buat wajah Hiliyah
selalu ceria.

Saat kita tersenyum, otak akan bereaksi
dan memproduksi endorphin (zat alami
yang memindahkan rasa sakit). Selain
itu, senyuman akan membuat Hiliyah bisa
rileks. Senyuman juga akan menebarkan
kegembiraan pada orang lain.

Tekankan dalam pikiran, saat Hiliyah
bersama orang lain, bahwa senyuman
dapat memperpendek 'jarak' antar orang
lain.

Antusias dan Hasrat

Dua hal ini merupakan ibu yang
melahirkan sukses. Antusias dan hasrat
dapat mendatangkan uang, kekuatan dan
pengaruh. Hal besar tak akan dapat
dicapai tanpa antusias.

Yakin selalu pada apa yang Hiliyah
kerjakan. Kerjakan tiap pekerjaan Hiliyah
dengan penuh cinta. Masukan antusias
dalam pribadi Hiliyah, maka ia akan
menciptakan hal yang luar biasa buat
Hiliyah.

Tata Krama

Tingkah laku, kesopanan dan kebaikan
bisa membuat orang lain percaya pada
kita. Tata krama yang baik akan membuat
orang lain merasa nyaman dengan kita.

Tata karma merupakan sumber kesenangan,
memberikan rasa aman, dan ini dilakukan
dengan menunjukan penghormatan pada
oran lain.

Bersikap sopanlah pada setiap orang
yang Hiliyah kenal, tidak peduli status
dan kedudukan mereka. Perlakukanlah
setiap orang dengan tata krama.

Sampai ketemu nanti!


Temanmu,
Ahira

Ku Rasakan Ketenangan Sesungguhnya


“Larangan-Nya.

Perintah-Nya.

Semuannya tersurat dan tersirat dengan jelas dalam kitab-Nya.

Aku tertegun, ketika ku baca bait ayat-Nya.

Terlalu banyak diri ini berbuat yang tak seharusnya.

Aku sibuk dengan segalanya, hingga aku lupa taqarrub kepada-Nya.

Aku tak mampu melanggar batasan-Nya, aku tak sanggup menjauh dari-Nya, dengan sujud kepada-Nya hati ini menjadi tenang.

Aku tak ingin cinta yang lain, kecuali cinta kepada-Nya.

Izinkan aku berdua dengan-Nya, melalui malam dengan penuh cinta, kasih dan sayang Allah SWT..”

Ungkapan di atas membuatku tersungkur bersujud mengingat kesibukan-kesibukan yang tak seharusnya ku lakukan, kesibukan yang membuat dosa menjadi menggunung tinggi, aku membayangkan dosa-dosa yang sedang ku pikul tanpa kusadari seolah-olah telah bertumpuk di kedua pundakku dan membuat jalanku tak terarah pada posisi yang seharusnya/benar.

Tak kusadari tetesan air mata jatuh membasahi pipi, tangan hingga sajadah yang ku duduki. Aku merasa malu kepada-Nya, di saat susah aku mengingatnya untuk meringankan kesulitanku tetapi disaat senang aku melupakannya seolah-olah Dia tak pernah hadir dan tak pernah berperan atas kehadiranku di dunia ini.

Rasa bersalah ini tak henti-hentinya menghantuiku setiap hari, setiap detik dan setiap waktuku hanya rasa bersalah yang ku rasakan. Tuhan…. apakah aku masih layak menjadi hamba-Mu?, apakah aku masih layak untuk memohon pada-Mu?, apakah dosaku layak untuk di hapuskan?, apakah aku aku dapat mencapai surga-Mu?. Tuhan aku takut akan neraka-Mu namun aku juga tidak layak menuju surga-Mu, aku takut akan Dirimu menjauh dariku dan meninggalkanku.

Petikkan ungkapan di atas ku peroleh via pesan singkat dari handphoneku. Ungkapan tersebut dari seseorang yang di anugerahkan oleh Allah SWT, ungkapan yang mengetuk pintu hatiku sehingga ku terbangun dari tidur. Aku sangat bersyukur Tuhan menganugerahkan teman sepertinya, thanks God.

Malam itu aku sedang sibuk mengirim pesan singkat kepada seluruh teman yang nomor handphonnya tersave di handphoneku, sambil menyaksikan sebuah acara sembari aku mengirim pesan singkat berisi acara yang sedang ku tonton saat itu. Ada beberapa orang teman yang merespon pesan singkat yang ku kirim, tetapi hanya satu orang yang membuatku tertegun sejenak ketika ku baca pesan singkatnya.

Namun lamunan tak berlangsung lama melainkan hanya berlalu beberapa menit saja, pikiranku kembali fokus kepada acara televisi yang ku tonton bersama tiga orang keluargaku. Keluarga yang terdiri dari paman, bibi dan sepupu perempuanku.

Sambil duduk di depan layar televisi yang berukuran 29 inch membuat mataku terbelalak besar, di dalam ruangan berukuran panjang 6x7 meter dengan suasana dingin yang mencekam terasa menusuk hingga ketulang-tulang dan di temani dengan secangkir kopi hangat serta sedikit makanan ringan, sembari jari jempol sibuk mengetik keyped handphone yang berada di gengaman tangan kiriku.

Pesan singkat yang ku kirim ke mereka beredar pada waktu larut malam sekitar pukul 22 ke atas, dimana waktu tersebut merupakan waktu orang-orang beristirahat. Namun tak terpikir oleh ku saat itu bahwa aku mengganggu waktu istirahat mereka.

Setelah aku mengirim pesan berupa informasi acara televisi yang ku tonton, tak lama beselangnya waktu sekitar 10 menit, aku kembali memperoleh pesan singkat dari seorang teman diskusiku. Awalnya isi pesan singkat itu berupa komentarnya, setelah itu disusul dengan pesan singkat kedua oleh orang yang sama juga, pesan singkat ini bukan berupa lanjutan respon dari pesan acara televisi yang ku kirim, melainkan dia mengajakku membuka forum diskusi, kami memang sering melakukan diskusi via pesan singkat.

Kali ini untuk yang kesekian kalinya ia mengajakku disikusi hingga larut malam, temanku yang satu ini mengidap penyakit insomnia oleh sebab itu dia sering tidur larut malam. Ia menawarkan untuk menemaninya hingga matanya lelah dan tertidur, dengan cara sms-an, aku menerima tawarannya dengan senang hati karena tidak menggangu kesibukanku, kenapa aku katakan demikian karena pada waktu yang bersamaan aku sedang menyaksikan acara di televisi jadi pada waktu itu bukan waktu tidurku dan aku tak merasa terganggu.

Untuk kali pertama ia memintaku untuk menetukan tema diskusi kami, namun saat itu aku tidak dapat memikirkan tema yang menarik untuk dibahas karena pikiranku fokus ke acara yang ku tonton. Maka ia yang mengambil alih untuk menentukan tema yang akan dibahas, kali ini dia membuka forum kejujuran. Dimana di dalam forum tersebut diminta untuk berkata sejujur-jujurnya namun jika hal itu berat atau merupakan rahasia yang tidak bisa diungkapkan maka kita berhak untuk diam.

Sebelum membuka forum kami terlebih dahulu membuat kesepakatan yang berupa ketentuan berlanjut dan terhentinya forum ini. Dan dia memberikan penawaran bahwa ketentuan pertama jika hal itu rahasia maka kita memiliki hak untuk diam. Ketentuan kedua di tuntut untuk berbicara jujur. Ketentuan ketiga yaitu setelah pertanyaan di terima dan hendak mengirim jawaban kembali kepada si penannya, maka jawaban tersebut harus diikutsertakan dengan pertanyaan kita untuk si penannya. Ketentuan terakhir atau keempat yaitu jika telah lelah ataupun mengantuk maka forum akan ditutup.

Dan pertanyaan awal di mulai dari dia, pertanyaan serta jawaban terus berjalan hingga kami lelah. Namun saat itu masing-masing dari kami hanya memiliki kesempatan mengajukan dua pertanyaan serta memperoleh dua jawaban, dan yang menutup forum tersebut adalah diriku karena mataku telah lelah, namun bukan hanya mataku lelah tetapi acara yang ku tonton juga telah selesai.

Saat itu aku belum begitu tersentuh dengan pesan singkat yang kuperoleh, yang berisi petikan di awal tulisannku. Aku begitu menikmati keindahan dunia hingga terhanyut dan tulisan itu hanya membuatku tertegun sejenak, tidak untuk membuatku langsung mengingat dosa-dosaku.

Berselang satu hari, aku kembali membuka inbox (kotak masuk) di handphone ku. Dan kembali ku baca pesan itu, pada hari itu di dalam sunyiku aku merasakan sentuhan dari sang Khalik mengingatkanku akan waktu yang telah ku lalui. Saat itu ku sadari bahwa aku belumlah melakukan hal yang selayaknya ku lakukan, aku hanya memfoya-foyakan waktuku dengan aktivitas yang tak membuatku berada di jalan yang semestinya ku lalui.

Pada hari itu, terpikir olehku untuk tidak berhubungan sama sekali kepada teman-teman yang sering mengajakku sms-an, sekalipun itu sahabatku. Aku sudah berpikir matang selama kurang lebih 12 jam lamanya untuk mempertimbangkan hal yang akan kulakukan. Malamnya sebelum mataku terlelap, jari jempol kananku kembali sibuk menekan keypad handphoneku, di layar handphone ku tulis sebuah rangkaian ungkapan maaf beserta pernyataan.

Rangkaian maaf ku tulis dengan harapan aku dapat bersih dari kesalahan yang telah ku lakukan kepada mereka dan apabila malam itu adalah malamku tertidur tuk selamanya maka sedikit dosaku kepada manusia terhapuskan, kepada mereka khususnya.

Sedangkan sebuah rangkaian yang berupa pernyataan itu adalah sesuatu yang menyatakan bahwa untuk satu bulan aku tidak ingin di hubungi baik itu berupa pesan singkat maupun menghubungi secara langsung (call), terkecuali ada keperluan yang sangat penting. Jika hanya menanyakan kabar, aktivitas dan hanya sekadar mengirimkan sebuah kata-kata, untuk sementara di pending dulu.

Setelah kalimat terangkai dengan rapi dan jelas, aku mulai mengirim pesan singkat itu kepada teman-temanku, baik untuk mereka yang sering call maupun yang sering sms. Awalnya jari jempol kananku terasa berat untuk mengirim pesan singkat itu kepada mereka, namun dalam pikiranku saat itu menyatakan bahwa hal yang ku lakukan merupakan hal yang dapat membuatku merasakan ketenangan karena telah mengikuti kata hatiku dan dapat berprilaku yang semestinya ku lakukan, bukan melakuan sesuatu yang tak semestinya ku lakukan.

Sambil merebahkan tubuh di atas tempat tidur dan mengarahkan tatapan ke depan melihat layar televisi yang sedang bercerita sembari aku melihat putaran detik jarum jam. Putaran detik jarum jam terus kulihat, karena perasaan bimbangku menunggu balasan dari mereka. Tak lama beberapa menit kemudian aku memperoleh beberapa pesan dari mereka. Mereka menyatakan persetujuan atas pesan singkat yang telah di perolehnya, dan mereka tidak menanyakan alasanku secara terperinci karena di dalam pesan singkat yang kukirim telah ku ikutsertakan kalimat “jangan tanyakan kenapa”, dan mereka sudah cukup mengerti dengan hal itu, karena ungkapan petikan pada awal ceritaku yang juga ikut ku kirim ke mereka dapat mewakilkan maksudku.

Namun masih ada beberapa teman yang masih belum mengerti dan menanyakan alasan yang pasti, dan aku mencoba menjelaskan kepada mereka dengan perkataan yang mudah di pahami. Setelah ku perjelas maksudku, awalnya mereka juga terasa berat untuk melakukannya namun mereka salut denganku karena aku membuat mereka juga ingin mencoba melakukan hal yang sama.

Isi rangkaian sebuah pernyataan yang ku tulis menyatakan bahwa aku ingin muhasabah (introspeksi diri) dan mencoba untuk zuhud (menghindari cinta dunia dan meninggalkan hasrat memilikinya), hanya untuk mencapai ketenangan. Dengan pesan seperti itu, aku membuat mereka menangis. Ketika ku ketahui bahwa setelah menerima pesanku, mereka merasa terketuk pintu hatinya lalu menangis, aku merasa sangat bersyukur dan sangat senang karena aku di berikan jalan kemudahan untuk berbagi teman-temanku bersama-sama menuju hadirat Ilahi.

Menurutku dengan introspeksi aku dapat mengalakan ketika hawa nafsu dan syahwat mampu menguasaiku. Karena hawa nafsu yang dapat menghalangi hati dari introspeksi adalah hawa nafsu yang selalu bergantung pada syahwat dan cenderung pada kesenangan. Hawa nafsu ini mempunyai kemampuan untuk melemahkan jiwa dan menguasai hati sehingga mengikuti ajakannya.

Jadi untuk menghukum hawa nafsu atas dosa yang dilakukan yaitu dengan cara memisahkan antara ia dan kesukaannya dengan mengambil cambuk untuk menakutinya. Melakukan pengawasan secara terus menerus setiap geraknya; Mengurangi makanannya; Biarkan ia dalam kehausan ; Sibukkan ia dengan kerja keras; Mencabut kenikmatannya; Menahan amarah dengan ancaman yang memberinya pelajaran. Dengan semua itu, aku dapat menundukkan kekuatannya dalam melemahkan jiwa dan penguasaanya terhadap hatiku.

Maka pada saat itu nafsu menjadi hina. Ia akan tunduk kepadaku setelah kekuatannya lenyap dan kekuasaannya hilang. Dan, ia akan menempuh jalan yang lurus dan konsisten menapakinya (istiqamah) menuju Penciptanya. Hanya kepada Allahlah aku memohon pertolongan (taufiq).

Setelah melakukan muhasabah aku belumlah dapat dengan mudahnya menuju ketenangan yang sesungguhnya atau ketenangan yang ku inginkan karena iblis mempunyai banyak perangkap dalam menjebakku mengikuti ajakannya untuk keluar dari jalan Tuhan dan mengikuti jalannya.

Hari berganti hari aku mencoba belajar untuk zuhud yaitu belajar untuk menghindari diri dari cinta dunia dan meninggalkan hasrat untuk memilikinya maksudnya aku condong kepada seruan Allah dengan melupakan kenikmatan sesaat yang ditimbulkan oleh hawa nafsu.

Namun mengenai komunikasi yang di pending selama satu bulan aku tidak dapat merealisasikannya, karena hal itu hanya berlangsung selama 3 hari lamanya. Aku tidak bisa jauh dari teman-temanku, karena aku ingin bersama-sama berjuang menuju hadirat ilahi untuk menemukan ketenangan yang sesungguhnya. Aku tidak boleh egois, hanya merasakan ketenangan itu sendiri, aku juga ingin temanku ikut merasakan kebahagian.

Ketenangan sesungguhnya ku rasakan ketika ku mulai berbagi, karena dengan aku berbagi kepada orang lain aku merasa hidupku terasa lebih berarti. Lalu membebaskan hati dari rasa benci, karena menyimpan benci, marah atau dengki akan membuat hatiku tidak nyaman dan tersiksa. Kemudian aku mencoba untuk murah dalam memaafkan kesalahan orang lain, karena dengan sikap demikian hati akan menjadi tenang dan amarah bisa hilang. Setelah itu aku melakukan hal yang bermakna, karena kita semua tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara untuk berlakon, oleh sebab itu kita selaku actor sebaik-baiknya menggunakan waktu dan kesempatan yang ada untuk melakukan hal-hal yang bermakna serta sesuai dengan aturan sutradara (Allah). Maksudnya kita memanfaatkan waktu yang telah diberikan untuk diisi dengan hal-hal yang bermakna, baik itu untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain. Maka dengan cara seperti ini kita akan bertambah dan terus bertambah kebahagiaanya. Dan terkahir aku mencoba untuk tidak berharap atau bergantung pada orang lain karena aku takut kecewa.

Kebahagiaan merupakan tanggungjawab masing-masing, bukan tanggungjawab teman, keluarga, kekasih atau orang lain. Lebih baik kita perbanyak harap hanya kepada Yang Maha Kasih dan Kaya. Karena Dia-lah yang menciptakan kita dan Dia-lah yang menciptakan segala rasa, termasuk rasa bahagia/tenang yang selalu kita inginkan.

PACARAN DALAM ISLAM

Pacaran itu jalan untuk saling mengenal satu sama lainnya. " Bohong !" Itulah pandangan mereka guna membela hawa nafsunya yang dimurkai Allah, yakni berpacaran. Karena mereka telah tersosialisasi dengan keadaan seperti ini, seolah-olah mengharuskan adanya pacaran dengan bercintaan secara haram. Bahkan lebih dari itu mereka berani mengikrarkan, bahwa cinta yang dilahirkan bersama dengan sang pacar adalah cinta suci dan bukan cinta birahi. Hal ini didengung-dengungkan, dipublikasikan dalam segala bentuk media, baik media cetak maupun elektronika, entah illegal maupun legal. Padahal yang diistilahkan kesucian dalam islam adalah bukanlah semata-mata kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja. Lebih dari itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan dan sekujur anggota tubuh, bahkan kesucian hati wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya, zinanya hati adalah membayangkan dan menghayal, zinannya tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan muhrim. Dan pacaran adalah refleksi hubungan intim, dan merupakan ring empuk untuk memberi kesempatan terjadinya segala macam zina ini.

Rasulullah SAW bersabda :

" Telah tertulis atas anak adam nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya."(HR.Muslim dari Abu Hurairah).

Jika kita sejenak mau introspeksi diri dan mengkaji hadist ini dengan kepala dingin maka dapat dipastikan bahwa segala macam bentuk zina terjadi karena motivasi yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai watak khas makhluk yang bernama manusia. Dan kapan saja, dimana saja, perasaan tak pernah puas itu selalu memegang peranan. Seperti halnya dalam berpacaran ini. Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan yang terus berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta. Kita lihat secara umum tahapan dalam pacaran.

1. Perjumpaan pertama, yaitu perjumpan keduanya yang belum saling kenal. Kemudian berkenalan baik melalui perantara teman atau inisiatif sendiri. Hasrat ingin berkenalan ini begitu menggebu karena dirasakan ada sifat-sifat yang menjadi sebab keduanya merasakan getaran yang lain dalam dada. Hubungan pun berlanjut, penilaian terhadap sang kenalan terasa begitu manis, pertama ia nilai dengan daya tarik fisik dan penampilannya, mata sebagai juri. Senyum pun mengiringi, kemudian tertegun akhirnya jantung berdebar, dan hati rindu menggelora. Pertanyaan yang timbul kemudaian adalah kata-kata pujian, kemudian ia tuliskan dalam buku diary, "Akankah ia mencintaiku?." Bila bertemu ia akan pandang berlama-lama, ia akan puaskan rasa rindu dalam dadanya.

2. Pengungkapan diri dan pertalian, disinilah tahap ucapan I Love You, "Aku mencintaimu". Si Juliet akan sebagai penjual akan menawarkan cintanya dengan rasa malu, dan sang Romeo akan membelinya dengan, "I LOve You". Jika Juliet diam dengan tersipu dan tertunduk malu, maka sang Romeo pun telah cukup mengerti dengan sikap itu. Kesepakatan pun dibuat, ada ijin sang romeo untuk datang kerumah, "Apel Mingguan atau Wakuncar ". Kapan pun sang Romeo ingin datang maka pintu pun terbuka dan di sinilah mereka akan menumpahkan perasaan masing-masing, persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi sedihnya, sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu menjadi hidupnya. Sepakat pengin terus bersama, berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah tangga. Asyik dan syahdu.

3. Pembuktian, inilah sebuah pengungkapan diri, rasa cinta yang menggelora pada sang kekasih seakan tak mampu untuk menolak ajakan sang kekasih. " buktikan cintamu sayangku". Hal ini menjadikan perasaan masing-masing saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan diantara keduanya. Bila sudah seperti ini ajakan ciuman bahkan bersenggama pun sulit untuk ditolak. Na'udzubillah

Begitulah akhirnya mereka berdua telah terjerumus dalam nafsu syahwat, tali-tali iblis telah mengikat. Mereka jadi terbiasa jalan berdua bergandengan tangan, canda gurau dengan cubit sayang, senyum tawa sambil bergelayutan, dan cium sayang melepas abang. Kunjungan kesatu, kedua, ketiga, keseratus, keseribu, dan yang tinggal sekarang adalah suasana usang, bosan, dan menjenuhkan percintaan . Segalanya telah diberikan sang juliet, Juliet pun menuntut sang Romeo bertanggung jawab, ternyata sang romeo pergi tanpa pesan walaupun datang dengan kesan. Sungguh malang nasib Juliet.

Wahai para Muslimah sadarlah akan lamunan kalian, bayang-bayang cinta yang suci, bukanlah dengan pacaran, cobalah pikirkan buat kamu muslimah yang masih bergelimang dengan pacaran atau kalian wahai pemuda yang suka gonta-ganti pacar. Cobalah jawab dengan hati jujur pertanyaan-pertanyaan berikut dan renungkan !

1. Apakah kamu dapat berlaku jujur tentang hal adegan yang pernah kamu lakukan waktu pacaran dengan si A,B,C s/d Z kepada calon pasangan yang akan menjadi istri atau suami kamu yang sesungguhnya ? Kalau tidak kenapa kamu berani mengatakan, pacaran merupakan suatu bentuk pengenalan kepribadian antara dua insan yang saling jatuh cinta dengan dilandasi sikap saling percaya ? Sedangkan kenapa kepada calon pasangan hidup kamu yang sesungguhnya kamu berdusta ? Bukankah sikap keterbukaan merupakan salah satu kunci terbinanya keluarga sakinah?

2. Mengapa kamu pusing tujuh keliling untuk memutuskan seseorang menjadi pendamping hidupmu ? Apakah kamu takut mendapat pendamping yang setelah sekian kali pindah tangan ? " Aku ingin calon pendamping yang baik-baik" Kamu katakan seperti ini tapi mengapa kamu begitu gemar pacaran, hingga melahirkan korban baru yang siap pindah tangan dengan kondisi " Aku bukan calon pendamping yang baik" , bekas dari tanganmu, sungguh bekas tanganmu ?

3. Jika kamu disuruh memilih diantara dua calon pasangan hidup kamu antara yang satu pernah pacaran dan yang satu begitu teguh memegang syari'at agama, yang mana yang akan kamu pilih ? Tentu yang teguh dalam memegangi agama, ya kan ? Tapi kenapa kamu berpacaran dengan yang lain sementara kamu menginginkan pendamping yang bersih ?

4. Bagaimana perasaan kamu jika mengetahui istri/ suami kamu sekarang punya nostalgia berpacaran yang sampai terjadi tidak suci lagi ? Tentu kecewa bukan kepalang. Tetapi mengapa sekarang kamu melakukan itu kepada orang yang itu akan menjadi pendamping hidup orang lain ?

5. Kalaupun istri/suami kamu sekarang mau membuka mulut tentang nostalgia berpacaran sebelum menikah dengan kamu. Apakah kamu percaya jika dia bilang kala itu kami berdua hanya bicara biasa-biasa saja dan tidak saling bersentuhan tangan ? Kalau tidak kenapa ketika pacaran bersentuhan tangan dan berciuman kamu bilang sebagai bumbu penyedap ?

6. Jika kamu nantinya sudah punya anak apakah rela punya anak yang telah ternoda ? Kalau tidak kenapa kamu tega menyeret orang tuamu ke dalam neraka Api Allah ? Kamu tuntut mereka di hadapan Allah karena tidak melarang kamu berpacaran dan tidak menganjurkan kamu untuk segera menikah.

Karena itu wahai muslimah dan kalian para pemuda kembalilah ke fitrah semula. Fitrah yang telah menjadi Sunattullah, tidak satupun yang lari daripadanya melainkan akan binasa dan hancur. Inti dari pembahasan ini adalah "PACARAN ITU HARAM"

a. Islam Mengakui Rasa Cinta

Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.


Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS.Ali Imran : 14)

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejewantahkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semau itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih ‘keren’nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan ‘pengayomnya’. Bahkan ‘mengambil alih’ kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu ‘the real gentleman’. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wnaita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi the real man.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Kecuali memang ada hubungan `mahram` (keharaman untuk menikahi).

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencintai satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemua langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajakan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi karena 4 hal: [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa’ fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha’ Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Jika ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).

Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual dalam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan hidup. Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Satu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang si dia/pujaan hati. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?

Pacaran model begini adalah kezhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !

Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: “Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya.” Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: “Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati.”

Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba “berdalih” dengan mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut : “Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atau memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya.” Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi “dunia berpacaran” mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi “perahu pacaran” itu ? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka merealisasikan “mencintai karena Allah” tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai “mencintai karena Allah?” Jawabnya jelas tidak !

GAYA PACARAN REMAJA SEKARANG

Adanya libido seksualitas yang diberikan Tuhan kepada manusia salah satunya adalah remaja, harus dikelola dengan baik dan benar. Satu sisi kenyataan dalam gaya pacaran remaja menjadikan kasus seksualitas semakin meningkat. Adanya libido seksualitas yang diberikan Allah SWT yang tidak mampu di kelola remaja secara benar dan pada saat yang seharusnya dilakukan, hal ini sering menyebabkan kekeliruan yang fatal. Gaya pacaran kearah yang negatif seperti kissing, petting dan intercourse menjadi beberapa gaya pacaran remaja awal, pertengahan dan remaja dewasa sekarang ini. Sebagaian remaja tidak tahu dari efek yang dilakukan karena minimnya informasi tentang pendidikan seksualitas sesuai dengan kultur budaya dan religius.

Tapi, ada juga remaja yang tahu efek dari gaya pacaran yang negatif seperti gaya pacaran foto close up dan kurang peduli dengan akibat yang akan terjadi. Kalau boleh diistilahkan dengan kata pacaran tidak sehat. Hal ini tentu banyak efek negatifnya. Misalnya saja saat pacaran, tentunya remaja punya banyak keinginan yang belum boleh dilakukan dimasa remaja. Keinginan itu bisa berbentuk berpegangan tangan, mencium dahi yang konom katanya sebagai tanda kasih sayang. Tapi kadang kala ciuman didahi bisa berlanjut kearah yang lebih jauh. Bagaikan berenang di air yang deras lama-lama juga terseret arus.

Sama halnya dengan ciuman-ciuman yang dilakukan oleh remaja. Dari dahi menuju ke pipi dari pipi berlanjut ke bibir dari bibir berlanjut ke leher dari leher berlanjut ke sekwilda (sekitar wilayah dada) dan ini yang disebut dengan pacaran foto close up dan selanjutnya bisa terjadi aktifitas yang lebih jauh, bahkan bisa jadi sampai ke gaya pacaran foto post card (melakukan hubungan seksualitas) dikalangan remaja.

Pengaruh Pacaran Terhadap Sikap Kepada Orang Tua.

Orang yang berpacaran akan menghabiskan banyak waktu dengan pacarnya, terlebih momen-momen liburan. Tahukah kamu bahwa sebenarnya orangtua pun menginginkan kebersamaan dengan anaknya? Entah dengan piknik bareng, bekerja di kebun bareng, membuat kerajinan atau yang lain-lain. Namun disisi lain kita malah menghabiskan waktu dengan orang lain. Tak jarang orangtua menjadi sedih dan merasa dianggap tidak penting. Tapi kalau tidak mau pergi bersama pacar nanti pacar marah. Coba kalau ditanya balik kepada para remaja yang berpacaran, lebih berdosa mana membuat orang tua sedih dan marah atau membuat pacar marah? Bagaimanapun juga akal sehat akan lebih memilih untuk tidak membuat orangtua sedih dan marah. Namun terkadang setan lebih lihai dalam menjerumuskan manusia